BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu kewaktu baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan-pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu, penampilan tehnik yang efektif dan efisien dengan ditunjang oleh kondisi fisik yang baik.
Dengan adanya kecendrungan prestasi yang meningkat, maka untuk berpartisipasi dan bersaing antar atlet dalam kegiatan olahraga prestasi harus dikembangkan kualitas fisik, tehnik, psikologi dan sosial yang dituntut oleh cabang olahraga tertentu. Oleh karena itu melalui pengembangan dan pembinaan di masyarakat, olahraga wajib diajarkan di sekolah-sekolah dari sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat pertama sampai dengan sekolah tingkat menengah.
Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya atau sikap badan pada saat melayang di udara. Soegito dkk (1994 : 143) menyebutkan ada tiga cara sikap melayang yaitu:
1) gaya jongkok (waktu melayang bersikap jongkok),
2) gaya lenting (waktu di udara badan dilentingkan), dan
3) gaya jalan di udara (waktu melayang kaki bergerak seolah-olah berjalan di udara).
Gaya lompat jauh yang paling sederhana untuk diajarkan pada pemula seperti siswa di SD adalah lompat jauh gaya jongkok. Tehnik lompat jauh gaya jongkok termasuk yang paling sederhana di banding dengan gaya yang lain.
Untuk mencapai prestasi yang baik di dalam lompat jauh perlu didukung
dengan latihan yang baik melalui pendekatan-pendekatan ilmiah dengan melibatkan berbagai ilmu pengetahuan. Kaitannya dengan latihan untuk mencapai prestasi ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur tersebut menurut M. Sajoto (1988 : 15) diantaranya adalah:
1) unsur fisik yang lebih popular dengan kondisi fisik,2) unsur tehnik,
3) unsur mental,
4) unsur kematangan juara.
Dari keempat unsur tersebut, ialah satu unsur yang merupakan faktor utama yaitu kondisi fisik, seperti pendapat dari Depdiknas (2000 : 101) bahwa salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih suatu prestasi dalam olahraga adalah kondisi fisik, disamping penguasaan tehnik, taktik dan kemampuan mental.
B. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran PJOK
C. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat berguna :
- Sebagai masukan bagi guru-guru PJOK dan pembina maupun pelatih olahraga dalam upaya memberikan latihan fisik khususnya untuk meningkatkan kemampuan power dalam lompat jauh
- Sebagai langkah awal bagi pengembangan dan peningkatan proses belajar untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh.
- Sebagai bahan referensi pada makalah lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ATLETIK
Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya. Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon yang artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang yang melakukannya dinamakan Athleta (Atlet).
Dengan demikian dapatlah dikemukakan, bahwa atetik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar.
Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan latihan atletik, akan dapat diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60).
Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lompat yaitu nomor lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Lompat jauh merupakan salah satu nomor atletik yang wajib diajarkan di SD, SMP dan SMA.
B. LOMPAT JAUH
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki keatas kedepan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin kesebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh.
Menurut Engkos Kosasih (1985:67) bahwa yang menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya yang mempunyai empat unsur gerakan yaitu : awalan; tolakan; sikap badan di udara; sikap badan pada waktu jatuh atau mendarat. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa keempat unsur ini merupakan suatu kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang tidak terputus.
Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para pelompat, yaitu : gaya jongkok, gaya menggantung atau disebut juga gaya lenting dan gaya jalan di udara. Perbedaan antara gaya lompatan yang satu dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan si pelompat pada waktu melayang di udara (Aip Syarifuddin, 1992 : 93).
Jadi mengenai awalan tumpuan / tolakan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama. Salah satu gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya jongkok. Disebut gaya jongkok karena gerak dan sikap sewaktu badan berada diudara seperti orang jongkok ( Tamsir Riyadi, 1985: 98).
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam lompat jauh selain pelompat harus memiliki kondisi fisik yang baik, juga harus memahami dan mengusai tehnik untuk melakukan gerakan lompat jauh tersebut. Bernhard (1993 : 45) menyatakan bahwa unsur-unsur dalam mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal adalah:
1) faktor kondisi fisik terutama kecepatan tenaga lompatan dan tujuan yang diarahkan pada ketrampilan,2) faktor tehnik ancang-ancang, persiapan dan perpindahan fase melayang dan pendaratan.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam lompat jauh terkandung unsur-unsur kondisi fisik yang meliputi : kecepatan, tenaga ledak otot tungkai yang mengarah pada ketrampilan.
Lapangan Lompat Jauh
Keterangan :
A = Bak lompat diisi dengan pasir
Panjang : 9 m
Lebar : 2,75 m B = Balok Tumpuan
Panjang : 122 cm
Lebar : 20 cm
Tebal : 5 cm
C = Lintasan, Panjang : 11 m
C. Teknik Lompat
Jauh
Lompat
jauh mempunyai empat
fase gerakan, yaitu
awalan, tolakan, melayang dan
mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang membedakan antara gaya yang satu
dengan gaya yang lainnya pada saat melayang diudara. Uraian mengenai keempat
fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai berikut:
a. Awalan
Awalan
adalah langkah utama yang diperlukan oleh pelompat untuk
memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti dikatakan Aip
Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan permulaan dalam bentuk lari
untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Jarak
awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam
perlombaan lompat jauh adalah :
1) untuk putra antara 40 m sampai 50 m;
2)
untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m.
Akan tetapi di dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m sampai 20 m atau antara 15 m
sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan
secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat melompat. Menurut Aip
Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan
yang besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan
menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari awalan, bukan
hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi ketepatan langkah juga
sangat dibutuhkan sebelum melakukan tolakan.
b. Tumpuan atau Tolakan
Tumpuan
atau tolakan adalah
gerakan menolak sekuat-kuatnya dengan kaki yang terkuat, yaitu meneruskan
kecepatan horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan secara cepat. Menurut
Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu
menolak sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi
dan ke depan). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan
berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical.
Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 :
360) mengemukakan sebagai berikut : untuk membantu tolakan ke atas, lengan
harus diayun ke atas dan kaki yang melangkah diayunkan setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa momentum
dari bagian dipindahkan kepada keseluruhan). Ayunan kaki ke atas mengunci sendi
panggul karena kerjanya Ligamenta iliofemoral.
Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong
kedepan, titik berat badan harus terletak agak dimuka titik sumber tenaga,
yaitu kaki tumpu pada saat pelompat menumpu, letak titik berat badan ditentukan
oleh panjang langkah terakhirsebelum melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68).
Dikatakan
pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada
balok tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan
seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus kedepan agak ke atas.
c. Melayang di Udara
Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat
tinggi keatas. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan gerakan badan
di udara sangat erat hubungannya dengan
kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu pelompat lepas dari
papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya
gravitasi (gaya penarik bumi).
Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada
waktu menolak harus dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi
tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh kecepatan dan
kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi, dengan
mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat serta mendarat, maka
akan memperbaiki hasil lompatan. Perubahan dan perbaikan bentuk tersebut
dinamakan “gaya lompatan” yang sifatnya individual. Pada nomor lompat
(khususnya lompat jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan itu tidak akan mempengaruhi parabola
dari titik berat badan, tetapi berguna untuk menjaga keseimbangan serta
pandaratan yang lebih baik.
Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di
udara adalah badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara serta
dalam keadaan seimbang. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992 : 68)
berpendapat bahwa pada waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan
sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun
mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak
menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di udara berprinsip
pada 3 hal sebagai berikut :
- bergerak ke depan semakin cepat semakin baik:
- menolak secara tepat dan kuat;
- adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja.
Cara melakukan
lompat jauh gaya jongkok menurut
Aip Syarifuddin (1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di udara jongkok
dengan jalan membulatkan badan dengan
kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki
dijulurkan ke depan kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih
dahulu, kedua tangan ke depan.
Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk
berada selama mungkin diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk
mempersiapkan pendaratan. Sehubungan dengan itu diusahakan jangan sampai
menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang telah dicapai. Dengan demikian
tubuh akan melayang lebih lama.
d. Mendarat
Mendarat
adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah secara
bersama-sama dengan lutut dibengkokkan
dan mengeper sehingga memungkinkan jatuhnya badan kearah depan. Seperti
dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat titik berat badan
harus dibawa kemuka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir
merapat, dibantu pula dengan juluran tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini
lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan
di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan
lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat jauh gaya
jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di udara adalah sama, yaitu : pada
waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke depan
lurus dengan cara mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan,
kedua tangan ke depan, kemudian mendarat dengan kedua tumit terlebih dahulu dan
mengeper, dengan kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak
jatuh dibelakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin,
1992 : 95).
Gerakan mendarat
dapat disimpulkan sebagai berikut
: sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan
lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan
tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik
berat badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan,
sehingga terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan
demikian tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih jelasnya, gambar dibawah
ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok dari take-off
sampai sikap mendarat.
D. Latihan Lompat dan Prinsip-Prinsip
Latihan
a.
Pengertian Latihan Lompat
Latihan adalah proses
yang sistematis daripada berlatih
atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya (Harsono, 1982 : 27). Lompat adalah istilah yang digunakan dalam
cabang olahraga atletik, yaitu melakukan tolakan dengan satu kaki, Aip
Syarifuddin (1992 : 90). Pengertian latihan lompat dari pendapat tersebut dapat disimpulkan yaitu
melakukan gerakan melompat dengan tumpuan satu kaki yang dilakukan secara
berulang-ulang dan setiap hari jumlah
beban latihan ditambah. Latihan lompat yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah latihan lompat dengan melompati rintangan dan lompat meraih sasaran di
atas.
Latihan
lompat adalah metode
yang terbaik untuk
meningkatkan power maksimal pada
otot tertentu. Cara yang paling baik untuk mengembangkan power maksimal pada
kelompok otot tertentu, ialah dengan merenggangkan (memanjangkan) dahulu
otot-otot tersebut secara eksplosif atau
meledak-ledak. Untuk melatih power otot tungkai dimulai dengan gerakan tungkai
kearah yang berlawanan (jongkok) yang disebut sebagai fase pre-regang
(pre-stretching phase), kemudian melompat dengan kuat keatas. Setelah mendarat,
tanpa adanya masa berhenti, kemudian secepatnya melompat lagi sekuat tenaga
keatas, sehingga seakan-akan mendarat pada bara api (KONI, 2000: 27)
b.
Prinsip-Prinsip Latihan
1)
Prinsip Latihan Beban Bertambah ( Overload )
Untuk meningkatkan prestasi
atlit prinsip overload harus digunakan. Apabila atlet sudah
merasa ringan pada beban yang diberikan maka beban harus ditambah. Menurut M.
Sajoto (1988 : 42) dengan berprinsip
pada overload, maka kelompok-kelompok otot akan bergabung kekuatannya secara
efektif dan akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatkan kekuatan
otot. Prinsip overload ini akan menjamin agar system di dalam tubuh yang
menjalankan latihan, mendapat tekanan beban yang besarnya makin meningkat,
serta diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Apabila tidak diberikan secara bertahap, maka komponen
kekuatan tidak akan dapat mencapai tahap potensi sesuai fungsi kekuatan secara
maksimal.
2)
Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus
Otot yang menerima beban latihan lebih atau overload kekuatannya akan
bertambah dan apabila kekuatan bertambah, maka program latihan berikutnya bila
tidak ada penambahan beban, tidak lagi dapat menambah kekuatan. Penambahan
beban dalam jumlah repetisi tertentu, otot belum merasakan lelah. Prinsip
penambahan beban demikian dinamakan prinsip penambahan beban secara progresif.
(M. Sajoto, 1988 : 115).
3)
Prinsip Urutan Pengaturan Suatu Latihan
Latihan berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok otot
besar mendapat giliran latihan lebih dulu sebelum latihan otot kecil. Hal ini
perlu agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan terlebih dahuu,
sebelum kelompok otot mendapat giliran latihan pengaturan latihan hendaknya
diprogramkan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi dua bagian otot dalam tubuh
yang sama mendapat dua giliran latihan secara berurutan (M. Sajoto, 1988 : 115)
4)
Prinsip Kekhususan Program Latihan
Menurut O’shea dalam bukunya M. Sajoto (1988 : 42)
menyatakan bahwa semua program latihan harus berdasarkan “SAID” yaitu Specific
Adaptation to Imposed Demands. Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan
hendaknya bersifat khusus, sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Bila akan
meningkatkan kekuatan, maka program
latihan harus memenuhi syarat untuk tujuan meningkatkan kekuatan.
Program latihan dengan beban dalam beberapa hal
hendaknya bersifat khusus. Namun perlu memperhatikan pula gerak yang
dihasilkan, oleh karena itu latihan berbeban hendaknya dikaitkan dengan latihan
peningkatan ketrampilan motorik khusus. Dengan
kata lain latihan beban menuju peningkatan kekuatan, hendaknya diprogram
yang menuju nomor-nomor cabang olahraga yang bersangkutan. Seperti diketahui
bahwa untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh dalam lompat jauh perlu adanya
bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai, latihan tersebut
dapat dilakukan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Menggunakan alat
dalam hal ini adalah latihan lompat dengan rintangan dan latihan lompat meraih
sasaran di atas.
Selain
keempat prinsip yang
cukup mendasar untuk
program latihan menurut Tohar
(2004 : 54) program latihan dapat diatur dan dikontrol dengan cara
memvariasikan beban latihan seperti volume, intensitas, recovery dan frekuensi dalam suatu unit
program latihan harian. Volume menurut
Depdikbud (1997 : 31) ialah kuantitas beban latihan yang biasa dinyatakan
dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan, total waktu latihan,
berat beban yang diangkat, jumlah set
dalam latihan interval dan sirkuit sebagai ukuran rangsangan motorik
dalam satu unit latihan. Intensitas menurut Tohar (2004 : 55) adalah takaran
yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran energi, alat dalam aktivitas
jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Intensitas latihan plaiometrik
dapat ditingkatkan dengan penambahan beban pada hal-hal tertentu dengan
peningkatan ketinggian rintangan-rintangan (bilah) untuk depth jump atau dengan
memperlebar jarak dalam longitudinal
jump.
Recovery dikatakan oleh Tohar (2004 : 55) adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu elemen
materi latihan dengan elemen berikutnya. Menurut O’Shea yang dikutip oleh M.
Sajoto (1988 : 48) mengatakan bila latihan lebih dari satu rangkaian, maka masa
istirahat dalam rangkaian adalah antara 1-2 menit. Menurut Bompa yang dikutip
oleh M. Sajoto (1988 : 33) mengatakan bahwa tes untuk mengevaluasi hasil
latihan kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4-6 minggu dari suatu masa
siklus latihan makro. Frekuensi menurut Tohar (2004 : 55) adalah ulangan gerak
beberapa kali atlet harus melakukan gerakan setiap giliran. Frekuensi tinggi
berarti ulangan gerak banyak sekali dalam satu giliran. Frekuensi dapat juga
diartikan berapa kali latihan per hari atau berapa hari latihan per minggu.
Dalam
penelitian ini frekuensi
latihan yang dipakai adalah tiga kali per minggu selama enam minggu.
Sehingga tidak terjadi kelelahan yang kronis dengan lama latihan enam minggu
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan
hasil pembahasan di atas, maka
dapat menyimpulkan bahwa :
- Ada perbedaan pengaruh antara latihan melompati rintangan dan meraih sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa SD, SMP dan SMA.
- Latihan lompat dengan rintangan lebih baik pengaruhnya dari pada latihan lompat meraih sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa SD, SMP dan SMA.
B. Saran
Berdasarkan
pada hasil akhir
dari penelitian ini maka dapat diberikan saran bagi Guru Penjaskes dan
pelatih untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam latihan daya ledak otot
tungkai disarankan menggunakan bentuk latihan lompat dengan rintangan, karena
sudah diuji bahwa latihan lompat dengan rintangan mempunyai pengaruh lebih
baik dari pada latihan lompat meraih
sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
Referensi :
No comments:
Post a Comment